pertemuan VS perpisahan

"Setiap kisah seseorang itu pasti ada pertemuan dan perpisahan, entah berapa lamanya untuk menempuh itu tapi yang penting bagaimana caranya kita menjalaninya agar terasa menyenangkan meskipun pada kenyataannya begitu menyakitkan."

Dulu sewaktu aku masih muda, Selama 7 tahun lamanya, Aku pernah mengincar seorang perempuan berjilbab dengan lesung pipit di pipinya yang membuat dirinya semakin terlihat manis bila ia memperlihatkan senyumannya, Namanya nurul dari anak keluarga yang sederhana tapi dengan kesederhanaan keluarganya itu bukan berarti nurul harus minder dengan teman-temannya. Bahkan nurul sangat berbeda diantara gadis-gadis jaman sekarang yang suka gonta-ganti pasangan sesuka hatinya. Dari situlah banyak lelaki dikampungnya yang mendekatinya untuk dijadikan pasangannya, Tapi nurul malah menolak mereka dengan halus sembari berkata, "MAAF, KAKAK, AKU GAK BERANI PACARAN SOALNYA TAKUT DENGAN KEGELAPAN DUNIA.", Dari jawaban nurul itulah, kemudian para lelaki satu persatu mundur dan tak ada yang bisa membuat jatuh hati seorang nurul walaupun rata-rata yang mendekati nurul itu adalah seorang pemuda tampan dari anak orang kaya.

6 bulan setelah itu, aku beranikan diri untuk maju dan menyapanya sekaligus mengajaknya berkenalan dengan caraku sendiri yang terlihat kaku dan tidak tahu malu sebab waktu itu dia sedang pulang dari ngaji bersama teman-temannya. Aku tahu dan aku terlalu bodoh untuk menjadi pemuda yang amatir soal berkenalan namun dalam pikirku saat itu adalah aku adalah laki-laki yang mesti mengawali semuanya dan laki-laki haruslah gentle. Nurulpun tersenyum dan teman-temannya juga ketawa lebar, kukira ada yang aneh pada diriku tapi nyatanya cara bersalaman nurul itulah yang membuat aku jadi bahan lelucon. ketika aku menyodorkan tanganku untuk mengajak bersalaman, eh nurul malah merapatkan kedua tangannya dan menaruhnya di bawah dagu sambil mengangguk.

Setelah itu kami pulang bersama menuju rumah masing-masing sambil becakap-cakap panjang kali lebar sama dengan luas hingga moment indah itu tidak bisa membuat tidurku nyenyak, 5 minggu lamanya aku dan nurul menjadi teman baik, kadang bila nurul mempunyai masalah maka aku bantu dia dengan do'a begitu juga sebaliknya, ketika aku yang kena masalah, nurul malah memberi masukkan agar bisa menyelesaikan masalahku segera,

Suatu hari, Aku berniat mengajaknya keluar rumah berdua disaat malam minggu tepatnya, tapi nurul malah menolaknya sembari berucap,"Enakkan dirumah, mas. soalnya tiada tempat yang paling nyaman selain dirumah bersama keluarga tercinta.", Yah apa boleh buat, Setiap malam minggu, aku hanya bisa menelponnya tapi aku juga masih dilarang kerumahnya untuk menemui keluarganya. Suatu kali aku pojokkan dia dengan pertanyaan yang susah dijawab oleh kaum hawa.

"Emmm, nona nurul punya cowok, enggak? kok selama aku berteman dengan nona nurul, gak ada 1 pun yang mendekati nona? padahal nona kan begitu cantik dan sholehah."Begitulah pertanyaanku ditelpon dihari yang pertama.

"Tidak, dan jangan tanya itu lagi. Ok!, "Seperti itulah Suara tegas nurul bagai orang kesurupan iwak peyek.

Di hari kedua, aku menunggunya diluar rumahnya yang biasa kami buat nongkrong bersama dengan teman-temannya. tempat duduk yang di sukai nurul itu aku duduki sehingga ia marah dan berteriak, "MINGGIR, SEWA TEMPAT DUDUK BAYAR DI KASIR." Canda nurul menghiasi obrolan kami dengan teman-teman.

Di hari ketiga nurul berbicara denganku 4 mata, katanya langit itu indah, langit itu tempat yang bagus selain di rumah, aku terbayang berpikir keras untuk bertanya apa maksudnya? "Glekkk" telan bunyi ludah nurul keras menari di dalam telingaku karena merasa keceplosan bicara. Akhirnya ia pun jujur dan bercerita kalau cowoknya sedang melihat kami bicara berdua di langit dan mengawasi gerakan sekecil mungkin tentang aku dan nurul.

"Cowokku udah meninggal 8 tahun yang lalu, mas?" Tegasnya.

"Lantas, apakah selama ini kamu membujang, non nurul?"

"Iya," Jawabnya.

"Aku ingin setia, mas dan terkadang aku ingin bertemu dengannya suatu saat nanti, aku sangat merindukannya mas," Tetes air mata nurul keluar ditemani pembicaraanya yang agak tersedu-sedu.

Di hari keempat, dia tidak datang ditempat biasa kami nongkrong bersama teman-teman. lalu aku telpon dia dan memberikan semangat ke dirinya agar ia mau membukakan hati kepada orang lain yang sayang kepadanya dan bisa merasakan kebahagiaan dunia yang sementara ini. Setelah bercakap-cakap selama 3 jam, aku memberanikan diri untuk menawarkan diri menjadi pasangannya dengan berkata, "Maukah nona menjadi ibu untuk anak-anakku kelak?"
"Aku cinta nona, tapi aku malu ngomongnya?"
"Aku sayang nona, tapi aku bingung ngungkapinnya?"
"Bersediakah nona menjadi pacarku hari ini dan untuk selamanya?"

Namun nurul diam sesaat dan kemudian berkata, "Aku gak bisa mas, Akuuu..."
Aku akan pertimbangkan ini dan jawabannya aku akan datang ditempat duduk yang biasa ku duduki itu sebagai jawaban iya, tapi bila aku tidak datang, maka jawabannya adalah TIDAKKKK..

Sambil menunggunya akupun menulis di tempat duduknya yang isinya seperti ini sebagai keyakinan bahwa cintaku ke dia itu tulus :

"kamu bukannya takut dengan gelap, tapi kamu
hanya takut dengan apa yang ada di dalamnya."

"kamu bukannya takut dengan ketinggian, tapi
kamu hanya takut bila sampai terjatuh."

"kamu bukannya takut dengan orang di sekitar
mu, tapi kamu hanya takut dengan penolakan."

"kamu bukannya takut dengan mencintai, tapi
kamu hanya takut tidak dibalas cintamu kembali."

"kamu bukannya takut untuk melepaskan, tapi
kamu hanya takut menerima kenyataan bahwa
dia sudah pergi."

"kamu bukannya takut untuk mencoba kembali,
tapi kamu hanya takut terluka untuk alasan
yang sama..!!!!"

Tapi dia tidak datang sampai-sampai rambutku sendiri, ku jambak.

Tiba-tiba di depan pintunya ada orang yang tergeletak dan dari kejauhan, ku lihat ibunya sedang menangis memeluknya, akupun berlari mendekat bersama warga yang melihat kejadian itu, Kemudian, Ayah nurul menjelaskan ke semua orang, kalau nurul ingin pergi ke luar rumah sebentar padahal penyakit kangker darah pada dirinya yang tidak pernah diceritakan padaku itu sedang kambuh sehingga kematian nurul begitu menyakitkan untukku karena ia berusaha menuju kebahagiaan walau 1 menit saja yang tidak bisa dirasakannya semenjak ia sendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar