Berikut ini langkah-langkah dalam menggambar mata :
kumpulan tutorial, motivasi, inspirasi, cerita bijak, renungan, kata-kata bijak yang membangun. follow me on twitter @panmace
Cara menggambar pemandangan alam
PERSIAPAN
- Setiap ada kesempatan untuk berlibur ke luar kota, jangan lupa persiapkan buku sketsa dan peralatan gambar.
- Banyak obyek pemandangan alam yang indah dan menarik, sayang jika kesempatan ini sampai terlewatkan.
- Tempat-tempat yang di kunjungi ke dalam bisa di simpan dalam sketsa gambar
- Kamu bisa memulai dengan mencari obyek pemandangan yang terbuka.
LANGKAH DALAM MENGAMBAR
- Buatlah beberapa sketsa kasar untuk mengatur komposisi gambar.
- Gambarlah secara keseluruhan, hindarkan untuk ingin menggambar secara detail.
- Pertimbangkan obyek-obyek gambar yang mau kamu masukkan dan keluarkan ke dalam sketsa.
- Bila berkonsentrasi dan menikmati pemandangan di sekiatr, akan ditemukan berbagai jenis pohon, bukit, gunung, sungai, perumahan, sawah, dan lain-lain.
- Semuanya bisa menjadi obyek gambar yang menarik
- Langit dan awan merupakan satu bagian dari pemandangan, karena itu tetap perhatikan cuaca, pergerakan dan bentuk awan.
- Setlah keindahan alam dapat dinikmati dalam alam bawah sadar, maka jangan ragu untuk segera mencorret coret sktesanya dalam gambar di kertas
- Jangan berhenti bekerja sebelum semua yang dinikmati dalam alam di sekiatr kita dapat tertuang sepenuhnya dalam coretan sketsa di kertas.
- Selanjutnya siapkan alat pendukung gambar lainnya seperti cat warna, spidol, cryon dan sebagaimnya.
Buatlah sketsa yang banyak dan lakukan dengan cepat agar kamu bisa menggambar secara keseluruhan. Pada latihan gambar pemandangan ini saya menggunakan pensil 2B untuk membuat sketsa kasar. Saya menggambar rimbunan pohon secara keseluruhan, dan bentangan sawah yang menciptakan adanya ruang. Saya memakai pensil 2B untuk mengarsir daerah persawahan dan memberi tekanan pensil yang berbeda untuk menciptakan tekstur sawah. Ketika mengarsir bukit dan pohon-pohon rimbun, saya memakai pensil 4B sehingga menghasilkan arsir gelap. Saya tidak memperhatikan detail pohon, yang penting bagaimana pohon itu menutupi daerah perbukitan, dan ada daerah bukit yang tidak tertutup oleh pohon, saya mengarsir dengan pensil B. Lihat bagaimana saya menggunakan berbagai macam arsir, untuk sawah saya memakai arsir vertikal, sedangkan daerah perbukitan dengan arsir diagonal. Di belakang perbukitan, awan tenang menyatu dengan pemandangan sekitarnya, saya memakai pensil 2H.
Sumber : http://korananakindonesia.worpress.com
Menggambar Anatomi Manusia
Oleh Veri Apriyatno
Ilmu
mendasar yang harus dikuasai seorang perupa di antaranya adalah
menggambar anatomi manusia. Memang tidak diharuskan untuk bisa
menggambarnya secara realis, karena pada aplikasinya bisa berupa
karakter lain, seperti kartun, karikatur, komik, ilustrasi, dan
lain-lain.
Ketika
kita sudah menguasai teknik menggambar anatomi secara benar, maka akan
dengan mudah mengembangkannya ke dalam karakter lain sesuai konsep dan
aplikasi yang dibutuhkan.
Setiap
perupa mempunyai kecenderungan cara dan teknik yang berbeda-beda dalam
menggambar anatomi. Teknik dan proporsi yang diuraikan di sini
tidaklah mutlak, hanya salah satu cara dari banyak kemungkinan cara dan
metode yang bisa dilakukan.
Metode yang paling efektif dalam belajar menggambar anatomi adalah dengan melihat secara langsung obyek manusia sebagai model.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar anatomi manusia diantaranya:
A. Struktur anatomi
Pengetahuan tentang struktur anatomi manusia secara lengkap dan detil, bisa kita dapatkan dalam ilmu kedokteran. Yang kita butuhkan sebagai perupa adalah pemahaman secara visual tentang bentuk, gerak, karakter, gestur, dan ekspresi tubuh.
Pengetahuan tentang struktur anatomi manusia secara lengkap dan detil, bisa kita dapatkan dalam ilmu kedokteran. Yang kita butuhkan sebagai perupa adalah pemahaman secara visual tentang bentuk, gerak, karakter, gestur, dan ekspresi tubuh.
Hal mendasar yang harus dikuasai adalah struktur rangka, otot, dan pergerakan sendi.
B. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan ukuran antara kepala, badan dan anggota badan. Proporsi tubuh manusia akan terus berubah dan berkembang seiring bertambahnya usia. Secara spesifik proporsi tubuh setiap orang itu berbeda-beda, ada yang pendek, tinggi, gemuk, kurus, tegap dan lain-lain. Dalam hal ini kita bisa mengambil secara umum pada bentuk rangka.
Proporsi adalah perbandingan ukuran antara kepala, badan dan anggota badan. Proporsi tubuh manusia akan terus berubah dan berkembang seiring bertambahnya usia. Secara spesifik proporsi tubuh setiap orang itu berbeda-beda, ada yang pendek, tinggi, gemuk, kurus, tegap dan lain-lain. Dalam hal ini kita bisa mengambil secara umum pada bentuk rangka.
1. Proporsi Kepala
Pada bagian ini kita akan mempelajari teknik menggambar anatomi secara bertahap dan spesifik, dimulai dengan stuktur dan proporsi pada bagian kepala.
Pada bagian ini kita akan mempelajari teknik menggambar anatomi secara bertahap dan spesifik, dimulai dengan stuktur dan proporsi pada bagian kepala.
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar di samping ini:
A. Proporsi kepala tampak depan.
B. Proporsi Kepala tampak samping.
C. Proporsi kepala tampak duapertiga.
D. Proporsi kepala tampak duapertiga dari bawah.
Veri Apriyatno adalah seniman lulusan Seni Rupa ITB. Karyanya sangat inspiratif terutama guratan pensilnya. Berbagai buku menggambar juga banyak ditulisnya. Di Syair.org, Veri menangani Art Department. |
AHMAD SANG AHLI HIKMAH
Cerpen Moyank
ahmad adalah seorang anak yang cerdas dan pandai. ia mudah menyerap setiap ilmu yang diterimanya dan memahami serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya. orang tuanya bersyukur dengan rahmat yang diberikan oleh allah swt, seorang ahmad yang selalu berbakti pada keduanya. telah beberapa guru yang mengajarkan ilmu padanya hingga ia dewasa. kesederhanaan menjadikan ia seorang anak yang sholih.
suatu
hari ahmad berjalan ke sebuah hutan. dilihatnya keindahan-keindahan ciptaan
allah dan ia sangat bersyukur atas rahmat yang diberikannya yaitu dua buah mata
yang dapat melihat. tatkala ia berjalan, ia mendengar suara entah dari mana
asalnya.
"wahai
dzat kesempurnaan, sayap yang engkau berikan padaku untuk terbang bebas di
angkasa telah patah. hanya kepada engkau wahai dzat maha penyembuh aku memohon
segala pertolongan. hanya kepada engkau wahai penolong yang menjagaku dari
sesuatu hingga kesembuhanku"
ahmad
mencari-cari asal datangnya suara itu. hingga ia berhenti di samping sebuah
pohon yang tinggi dan kokoh tegak berdiri. ia melihat keatas dahan. ternyata
ada seekor burung kecil yang sedang mematuk-matukkan paruhnya dalam sebuah
sarang. ia mengamati segala tingkah laku burung kecil itu. Kadang melompat-lompat,
mematuk-matuk dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"segala
puji bagi engkau, ya allah, yang maha rahman dan rahim. telah memperdengarkan
suara permohonan seekor burung yang sedang mendapatkan musibah. sungguh indah
segala kata-kata yang engkau mohonkan atas keberserah-dirianmu pada allah,
wahai burung kecil"
tak
berapa saat datang seekor elang yang gagah dengan cakar-cakar yang tajam
menyerang burung kecil itu. ahmad kaget melihat kejadian itu setelah tenggelam
dalam pujiannya pada allah. burung yang kecil dengan sayap patah tadi tidak
dapat berbuat apa-apa. sedangkan elang yang gagah itu terus mematuki dan
mencakar seluruh tubuhnya. ahmad berusaha mengusir agar elang tadi pergi,
tetapi hal itu sia-sia belaka. burung elang itu tetap saja mencakar dan mematuk
tubuh mangsanya. hingga matilah burung kecil itu. dan elang tadi membawanya
terbang entah kemana.
"masya
allah, baru saja aku asyik mendengar keindahan permohonanmu, wahai burung
kecil. baru saja aku memuji-muji dzat yang engkau sembah. tetapi nasibmu begitu
malangnya", kata ahmad dalam hati.
pulanglah
ahmad ke rumahnya sambil terus memikirkan kejadian tadi. hingga seharian ia
berdiam diri di dalam kamar. makanan yang ibunya telah siapkan tiada ia sentuh
sama sekali. ia terus hanyut dengan apa yang telah ia lihat ketika berada dalam
hutan tadi.
malampun
tiba, setelah sholat maghrib ia bermunajat seperti burung kecil itu.
"wahai dzat kesempurnaan, dzat yang menguasai seluruh jagad raya. dzat yang maha agung dan maha suci. tiada terkira kehendak dan kekuasaanmu. hingga kini, aku masih teringat dan terpikirkan pada peristiwa yang menimpa burung kecil itu. ketidak-tahuanku membawaku tenggelam dalam kesedihan. maha benar engkau, wahai dzat kesempurnaan. sudilah kiranya engkau menjawab pertanyaan yang menghanyutkanku dalam peristiwa tadi siang"
tak
lama ia bermunajat pada allah, terlintas jawaban dalam hati ahmad. "wahai
engkau yang mengasihani seekor burung kecil. sesungguhnya aku lebih kasih dan
sayang pada semua makhluk ciptaakku. siapa yang mentaati aku tiada ia akan jauh
dariku. dan aku selalu berkehendak akan sesuatu. hukumku berlaku pada setiap
kejadian pada alam ini. karena keikhlasannya dengan musibah patah sayap yang
dideritanya, aku mengabulkan segala do'a yang dipanjatkannya. hingga aku
takdirkan ia pada sebuah kematian yang itu semua lebih baik bagi dirinya"
ahmad
terkejut akan semua kata-kata yang terlintas dalam hatinya tadi. dan tanpa
dirasakannya, meneteslah airmatanya dan ia memohon ampun serta memuji keagungan
allah swt.
------------------------------------
suatu
hari, ahmad memohon pada kedua orang tuanya untuk pergi mencari guru yang bisa
mengajarkan segala hikmah padanya. airmata ibunya berlinang melepas kepergian
anak tersayangnya. seorang anak yang telah lama berbakti pada orang tua kini
harus meninggalkan mereka. "kami ridlo dan ikhlas atas kehendak allah pada
dirimu. kami lepaskan tanggung jawab untuk berbakti pada kami setelah sekian
lama engkau mengabdikan dirimu pada kedua orang tuamu ini, nak. semoga
perjalananmu selalu dilindunginya, diberikannya berkah atas apa yang telah
engkau niatkan."
ahmad
menangis. mereka berpelukan dan akhirnya ahmad meninggalkan mereka berdua.
------------------------------------
------------------------------------
telah
beberapa tahun ahmad berguru pada seorang syeikh yang mengajarkan hikmah padanya.
tapi rasa kekurangan atas hikmah dari apa yang telah ia terima masih saja
membuatnya ingin mencari seseorang. hingga ia bercerita pada gurunya tentang
keinginannya itu. sang guru mengerti keinginan ahmad. beliaupun menyuruh agar
ahmad pergi mencari seseorang bernama syeikh sholihuddin, yang menurut beliau
telah menguasai bermacam hikmah dan lebih dari apa yang pernah beliau ajarkan
pada ahmad.
"pergilah engkau ke daerah itu dan carilah syeikh sholihuddin untuk mengajarkan hikmah yang belum pernah aku ajarkan padamu. semoga engkau selalu mendapatkan berkah atas apa yang engkau niatkan", pesannya pada ahmad dan melepaskan kepergiannya.
-----------------------------------
"pergilah engkau ke daerah itu dan carilah syeikh sholihuddin untuk mengajarkan hikmah yang belum pernah aku ajarkan padamu. semoga engkau selalu mendapatkan berkah atas apa yang engkau niatkan", pesannya pada ahmad dan melepaskan kepergiannya.
-----------------------------------
sampailah
ahmad pada daerah yang dimaksud oleh guru hikmahnya itu. dan bertanya pada
orang disekitarnya untuk menunjukkan dimana syeikh sholihuddin tinggal.
"pergilah
engkau ke akhir jalan ini, engkau akan mendapati sebuah gubuk yang dihuni oleh
syeikh sholihuddin yang engkau cari", kata seorang penduduk sambil
menunjuk ke arah antara timur dan barat. ahmad mendapati syaikh sholihuddin
sedang memukul-mukul sebatang kayu di depan gubuk beliau. rasa tidak percaya
dengan apa yang ia lihat menimbulkan pertanyaan pada hatinya. "apakah ini
seorang syeikh yang dimaksudkan oleh guruku sebelumnya?"
"assalamu'alaikum,
wahai syeikh..", ahmad memberi salam pada syeikh sholihuddin.
"wa'alaikumussalam, wahai ahmad..", jawab beliau.
"wa'alaikumussalam, wahai ahmad..", jawab beliau.
ahmad
terkejut. darimana beliau tahu namanya. padahal daerah yang ia tuju sangat jauh
dari daerah dimana ia berguru pada syeikh sebelumnya. "karena kekuranganku
akan segala hikmah maka guruku memberitahu bahwa engkau dapat mengajarkan
beberapa hikmah padaku, syeikh", cerita ahmad. sang syeikh masih saja
memukul-mukul kayu yang ada didepannya. terkadang beliau memandang pada ahmad
lalu melanjutkan lagi memukul-mukul kayu itu. ahmad masih berdiri diam di
samping syeikh sholihuddin sambil mengamati apa yang sebenarnya dilakukan
beliau.
"tahukah
engkau apa yang aku lakukan? bila engkau tahu aku persilahkan masuk ke dalam
gubukku, tapi bila tidak...pergilah", tanyanya sambil terus memukul-mukul
kayu.
ahmad
masih diam. dan ia memohon pada allah agar dibukakan hatinya menerima
pertanyaan dan menjawab pertanyaan itu dengan mudah. "wahai syeikh, aku
minta penjelasan darimu bila pada jawabanku ada kekurangan. sesungguhnya allah
lebih tahu segala perbuatan ciptaannya. sempat terbersit pertanyaan pada awal
kedatanganku kemari, mengapa engkau memukul-mukul kayu itu dan pekerjaan yang
menurut sebagian orang adalah membuang waktu. tetapi dengan pertanyaanmu ini,
aku memohon pada allah agar dibukakan pintu hatiku untuk menjawab pertanyaanmu.
begitulah keberadaan seseorang. seperti kayu dari pohon yang kuat dan kokoh
berdiri. menggugurkan dedaunanya dikala sudah masa pergantian dengan yang baru.
yang dari dedaunannya itu akan menjadikan pupuk dan menyuburkan pohon itu lagi.
sebagian menghasilkan buah-buahan yang bisa dimakan oleh makhluk ciptaannya
yang lain. dan sebagian lagi hanya sebagai hiasan atau sebagai tempat
berteduh/berlindung makhluk lain. semakin banyak manfaat dari pohon itu,
semakin banyak pula diperlukan oleh makhluk lainnya", jelasnya pada syeikh
sholihuddin.
syeikh
sholihuddin menghentikan perbuatannya memukul-mukul kayu. memandang dan
memperhatikan semua jawaban yang ditanyakannya pada ahmad tentang perbuatannya.
"sungguh engkau telah menerima sebagian hikmah, wahai ahmad", kata
beliau dalam hati. lalu syeikh sholihuddin mempersilahkan ahmad untuk masuk ke
dalam gubuknya. tapi ahmad masih tetap diam dimana ia berdiri sejak kedatangannya
tadi. syeikh pun bertanya pada ahmad, "sekarang aku mempersilahkan engkau
masuk, tapi mengapa engkau masih diam di tempatmu berdiri?" "wahai
syeikh, engkau telah mempersilahkan aku masuk ke dalam gubukmu. tapi sekarang
aku tidak akan masuk bila engkau tidak menjelaskan apa makna yang tersirat dari
pertanyaanmu tadi", jelas ahmad. "baiklah
kalau begitu. benar apa yang telah engkau jelaskan tadi. tapi janganlah engkau
hanya berpegang pada satu pandangan. beribu manusia hidup akan ada mempunyai
pandangan yang sama dan ada pula mempunyai pandangan yang berbeda. sedangkan
pandangan yang aku punyai adalah niat yang kokoh dan tekad yang kuat dari apa
yang telah engkau inginkan. yaitu mencari hikmah yang banyak agar kelak
bermanfaat bagi manusia lainnya. setelah pada masanya pohon itu berbuah dan
masa panen telah tiba. maka orang-orang akan memetik hasil dari apa yang telah
dihasilkan oleh pohon itu. manis , asam atau pahit buah yang dirasakan
tergantung pada kebaikan dan kebagusan tumbuhnya si pohon. seperti manusia
pula. bila ia berbuat kebaikan walau sebesar dzarroh allah akan memberikan
beberapa dzarroh sebagai balasan. aku melihat engkau akan mewariskan bermacam
ilmu hikmah dan mengamalkannya pada kehidupanmu yang akan datang. sekarang
silahkan engkau masuk kedalam gubukku, bila engkau masih mau belajar dariku.
dan aku telah menjelaskan padamu menurut pandanganku yang telah allah tunjukkan
padaku", jawab beliau. "alhamdulillah
... terima kasih atas penjelasan darimu", syukurnya pada allah.
ahmadpun
mengikuti langkah syeikh masuk ke dalam gubuknya.
-----------------------------------
setelah
masuk, ahmad tidak mendapatkan barang apapun yang berada dalam gubuk itu.
kosong. tidak ada sama sekali satupun barang didalamnya. gubuk itu bersih dan
sangat tenang. "maukah syeikh menjelaskan mengapa tidak ada satupun barang
dalam gubuk
ini?", tanya ahmad lagi. syeikh sholihuddin hanya tersenyum dan beliau duduk di hadapan ahmad. "ahmad, sungguh engkau seorang murid yang baik", kata beliau, "gubuk ini ibarat sebuah kuburan. siapa yang masuk di dalamnya, berarti ia berani masuk dalam kuburannya sendiri. makanan yang aku makan adalah makanan iman. minuman yang aku minum adalah minuman ilmu dan pakaian yang aku pakai adalah pakaian amal. orang yang masuk ke sini adalah seorang yang ihsan. dan kau adalah salah satu diantaranya. engkau pasti akan bertanya pula dari mana aku berbuka? aku akan menjawabnya. allah tidak akan menyusahkan hambanya hanya karena mencari nafkah. barang siapa yang masih diwajibkan untuk berkasab sesungguhnya ia masih wajib untuk bekerja dan mencukupi kebutuhannya. sedangkan aku telah dibebaskannya dari berkasab. diberikannya kekeramatan padaku. tapi janganlah engkau silau dengan kekeramatan itu. suatu ketika engkau harus mempertanggung-jawabkannya bila engkau telah tenggelam dari segala macam keramat yang ia berikan. sungguh allah maha suci dan maha sempurna. maka apabila engkau telah siap untuk belajar denganku, engkau akan mengerti segala apa yang di kehendakinya", jelas syeikh sholihuddin.
ini?", tanya ahmad lagi. syeikh sholihuddin hanya tersenyum dan beliau duduk di hadapan ahmad. "ahmad, sungguh engkau seorang murid yang baik", kata beliau, "gubuk ini ibarat sebuah kuburan. siapa yang masuk di dalamnya, berarti ia berani masuk dalam kuburannya sendiri. makanan yang aku makan adalah makanan iman. minuman yang aku minum adalah minuman ilmu dan pakaian yang aku pakai adalah pakaian amal. orang yang masuk ke sini adalah seorang yang ihsan. dan kau adalah salah satu diantaranya. engkau pasti akan bertanya pula dari mana aku berbuka? aku akan menjawabnya. allah tidak akan menyusahkan hambanya hanya karena mencari nafkah. barang siapa yang masih diwajibkan untuk berkasab sesungguhnya ia masih wajib untuk bekerja dan mencukupi kebutuhannya. sedangkan aku telah dibebaskannya dari berkasab. diberikannya kekeramatan padaku. tapi janganlah engkau silau dengan kekeramatan itu. suatu ketika engkau harus mempertanggung-jawabkannya bila engkau telah tenggelam dari segala macam keramat yang ia berikan. sungguh allah maha suci dan maha sempurna. maka apabila engkau telah siap untuk belajar denganku, engkau akan mengerti segala apa yang di kehendakinya", jelas syeikh sholihuddin.
ahmad
lalu mencium tangan syeikh sholihuddin dan menganggukkan kepala tanda siap
menerima segala ajaran dari sang syeikh.
-----------------------------------
beberapa
bulan telah berlalu. sang syeikh hanya meminta ahmad untuk melakukan disiplin
diri. terkadang sampai beberapa hari ahmad baru berbuka dari puasa yang
dilakukannya. kadang ia pergi ke hutan untuk mencari kayu dan dijual di pasar.
hasilnya ia beli beberapa buah roti untuk berbuka. setiap malam ia selalu
melakukan sholat lail, bermunajat dan berkholwat. tanpa dirasakan dan
diketahuinya, syeikh sholihuddin telah pergi selama seminggu meninggalkannya
seorang diri. karena asyiknya ia beribadah kepada allah.
suatu
malam diakhir bulan romadlon, ketika ia khusyu' bermunajat kepada allah.
hadirlah dihadapannya seberkas cahaya yang menerangi seluruh gubuk yang
didiaminya itu. ahmad silau akan cahaya yang terang benderang itu hingga tak
terasa menetes airmatanya membasahi kedua pipinya. "aku adalah apa yang
engkau tuju, ahmad. dengan ilmu yang telah aku beri dan permohonanmu akan
petunjuk dariku telah aku kabulkan. apakah yang ingin engkau minta akan
kukabulkan", datanglah suara dari arah cahaya terang itu. ahmad diam
sejenak dan berkata, "wahai nur 'alan-nur, sesungguhnya engkaulah yang aku
inginkan. engkaulah yang aku harapkan. engkaulah kekasih yang aku dambakan.
bila engkau ridlo dengan apa yang aku pinta, maka aku meminta engkau menjadi
teman dikala aku kesepian. engkau menjadi pelita dikala aku dalam kegelapan.
engkau menjadi penunjuk jalan bila aku dalam kesesatan. engkau menjadi segala
apa yang aku punyai. cinta dan ridlo darimu yang paling tinggi yang aku ingini.
diri ini tiada berarti bila tiada engkau. jadilah pandanganku dikala aku
melihat. jadilah pendengaranku dikala aku mendengar. jadilah perkataanku dikala
aku berkata-kata. sesungguhnya sia-sia segala penglihatan, pendengaran dan
perkataanku bila tanpa engkau" "wahai ahmad, engkau telah menjadi
salah seorang yang aku pilih. engkau telah menjadi salah seorang pecinta yang
aku ridloi. masuklah ke dalam golongan orang-orang yang bersaksi", kata
suara itu lagi. tak lama kemudian, hilanglah cahaya tadi dan hilang pula diri
ahmad. yang ada hanya ahmad sendiri.
ahmad
terkulai lemas setelah kehadiran cahaya itu. iapun tertidur dan bermimpi
bertemu dengan syaikh sholihuddin. "ahmad, ilmu hikmah yang engkau terima
telah sempurna. tiada lagi yang bisa aku ajarkan karena sang guru telah
langsung mengajarkannya padamu. ambillah segala yang menjadi haqmu dan cahaya
yang engkau temui telah menyertaimu kemanapun engkau berada", kata syeikh
sholihuddin. "terima kasih atas segala yang telah engkau ajarkan mengenai
hikmah, wahai syeikh. alhamdulillahil-ladzi ya'lamuna bikalimatil-qur'an wa
yahdiina ilan-nuril-ihsan...", syukurnya atas segala yang telah diberikan pada
gurunya. setelah terbangun ia mendapati gubuk yang ia diami menjadi rumah yang
megah.
segalanya
berisi keindahan-keindahan. tapi ahmad tidak pernah lagi tergiur akan keindahan
dunia beserta isinya. setelah melakukan sholat subuh. ia keluar rumah dan pergi
meninggalkan rumah yang megah itu. ia berkata dalam hati, "kembalilah
engkau seperti semua wahai gubuk. aku tiada silau dengan keindahan dunia
beserta isinya. aku lebih senang bila engkau seperti apa adanya. dimana
sebelumnya tiada berisi apa-apa. dimana aku selalu melakukan disiplin diri
seperti di ajarkan kepadaku di dalammu" sekejap mata saja, rumah yang
megah, berisikan keindahan-keindahan, berubah menjadi gubuk seperti semula.
"nanti
suatu saat engkau akan menjadi sebuah masjid megah didaerah ini. dimana seorang
guru banyak mengajarkan ilmu hikmah didalamnya. dimana datang manusia untuk
belajar di dalammu, wahai gubuk yang telah menerima cahaya kemegahan",
kata ahmad dalam hati.
-----------------------------------
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
perumpamaan cahaya allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di
dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), allah membimbing kepada cahaya-nya siapa yang dia kehendaki,
dan allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan allah maha
mengetahui segala sesuatu. (qs 24:35)
(meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya allah
memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan, dan supaya allah menambah karunia-nya kepada mereka. dan
allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-nya tanpa batas. (qs 24:38)
bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (qs
75:14)
23 Lukisan
Cerpen Ulku Malak
Terima
kasih, ingin aku katakan padamu yang telah mengantarkan aku ke tempat ini. Di
sini aku menemukan gunung yang berpohon dan lembah yang berair. Burung-burung
berkicau dengan bebas, tanpa takut di buru oleh orang. Di sini monyet-monyet
bergelayutan tanpa takut diincar pemburu gelap. Dan gajah-gajah dengan mudah
merguling di tanah basah sambil melahap dedahanan yang lembut yang mereka sukai
tak perlu keluar dari hutan, merusak tanaman petani. Aku tinggal di sebuah
gubuk, pekerjaanku sekarang lebih sederhana dan menyenangkan tentu saja.
Melukis dan memetik buah yang aku butuhkan untuk makan. Bila pagi tiba, seorang
gadis anak Usman datang membawakan sarapan untukku. Aku benar-benar merasakan
kedamaian berada di tempat ini.
Gadis
yang biasa mengantarkan makanan padaku bernama Aisha. Dia seorang pelajar SMU
yang tak selesai sekolahnya. Kini sudah menjelang usia dua puluh tahun.
Wajahnya cantik meski tertutup oleh sikap kekampungan, aku dapat melihat
kecantikannya itu bila ia bertutur dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Gadis ini memberiku inspirasi melukis. Kadang aku meminta Usman untuk
memberikan waktu lebih banyak pada Aisha untuk menemaniku melukis. Sebenarnya
aku ingin sekali menjadikan Aisha sebagai model untuk lukisanku. Dapat kau
bayangkan di sebuah bukit yang masih perawan ada seorang perawan berwajahkan
pualam diukir di atas kanvas dengan sinar terang yang sejuk dan damai
mengatakan pada dunia bahwa masih ada kesucian yang disisakan alam untuk
dihargai dan dijaga oleh umat mansia. Sebagai teman, Usman terlalu baik
kepadaku, dia telah menyediakan tempat tinggal di puncak bukit Ruyung ini
untukku dan dia juga memberikan makan yang cukup untukku, selain itu dia
merelakan anaknya Aisha menemaniku melukis. Memang usman adalah saudara jauhku,
dia anak dari kakak kakeku, berpisah lama dari keluarga, ditemukan menetap di
bukit Ruyung ini dan aku mendapatkan kabar tentang Usman dari Samsul temanku
yang asli orang kampung Cigarondong di kabupaten Pandeglang. Menurut dia, dia
kenal dengan Usman, kepala kampung tempat tinggalnya dan dia tahu bahwa Usman
adalah pendatang. Dia merasa yakin bahwa Usmanlah orangnya yang selalu aku
ceritakan kepada Samsul tentang sauadara jauhku yang sedang aku cari. Samsul
mengirimku ke tempat ini dan mempertemukan aku dengan Usman. Ternyata benar
dugaan Samsul, dan aku masih ingat wajah Usman. Ketika aku masih kecil dulu,
dia sering mengajakku ke ladang di kampung halamanku. Tapi aku tak mengira
bahwa Usman mempunyai seorang anak gadis yang sangat sempurna di kampung yang
jauh dari keramaian ini. Asiha benar-benar bintang desa yang jatuh dari langit
ke tujuh untuk melegakkan pandangan setiap mata yang kelelahan menggarap
ladang. Setelah melihat Aisha yang begitu sempurna, aku merubah rencanaku, yang
semula hanya akan melukis alam perawan yang tak terjamah oleh tangan-tangan
kotor yang serakah dari orang-orang yang tak berperasaan akan damainya
lingungan pedesaan, aku merubah rencana itu menjadi pengabadian keindahan dan
kecantikan wajah Aisha di pegunungan yang masih perawan ini.
“Usman,
begitulah Usman lebih suka dipanggil olehku, meski dia jauh lebih tua dariku
“Aku ingin mangabadikan anakmu dalam lukisan-lukisanku. Bagaimana menurutmu? tanyaku pada suatu kesempatan. “Apa menurutmu Aisha cocok menjadi model lukisanmu? Usman balik bertanya. “Bukan hanya cocok, tapi sempurna, Aisha datang menghampiri kami. “Aisha, kau mau jadi model? tanya Usman kepada Aisha tanpa basa-basi. “Model apa? tanya Aisha tak mengerti. Berani taruhan, suaranya benar-benar menyejukkan telinga tak ubahnya suara desiran angin lembut yang mengelus tubuhmu saat kau istriahat di bawah bayang-bayang pohon setelah lelah berjalan jauh di bawah terik matahari yang menyengat tubuhmu. “Model lukisan, aku menjelaskan “Aku akan melukis alam perbukitan yang masih perawan ini dan aku akan sangat senang bila di dunia yang masih perawan ini aku melukis dirimu dia antara indahnya suasana perbukitan yang asri. Aisha tak segera menjawab, dia menatapku dan ayahnya bergantian. Bola matanya yang bulat dan jernih berkilat-kilat, melemparkan pesona seorang gadis yang tak terjamah oleh kotoran-kotoran tangan jahil di jalanan. Kemudian seulas senyum mengembang di bibirnya yang merah delima alami tanpa polesan. Bersamaan dengan itu pipinya merona kemerah-merahan. Dia benar-benar cantik. Terdengar jawabannya yang lembut, “Aisha mau, asal tidak dijual. “Tidak masalah, jawabku cepat, “Aku akan melukismu dan lukisan itu akan menjadi milik dunia, bukan milik orang serakah, misalnya kolektor yang membeli lukisan dari uang korupsi. Obrolan itu usai begitu saja dengan disetujuinya keinginanku melukis Aisha. Usman tak keberatan ketika aku meminta Aisha untuk lebih lama bersamaku di gubuk tempatku melukis. Setelah aku mempunyai model, aku lebih banyak melukis sosok Aisha dengan berbagai posenya yang dilatari oleh berbagai keindahan alam, dari mulai pepohonan hingga bebatuan yang terserak di sekeliling kami. Aisha senang sekali dirinya menjadi model lukisanku, dan dia tahu bahwa dirinya sangat sempurna. Bila dibandingkan dengan keindahan alam, dia adalah representasi dari keindahan alam itu. sepuluh lukisan sudah selesai dalam dua minggu dengan model utama Aisha. Aku sedang duduk santai ketika Aisha datang membawa seorang temannya, dia gadis kampung yang lain, aku belum tahu anak siapa gadis ini. “Kang Ulku, ini kenalkan teman dekat saya di kampung, Irma namanya, uajar Aisha setelah berada dekatku. Aku menyalami Irma sambil menyebut namaku dengan lengkap. “Kang, bisa enggak melukis kami berdua? Aisha memeluk pundak Irma yang tetap diam tak bersuara. Gadis ini sangat kontras bila dibandingkan dengan kecantikan Aisha, tetapi Aisha yang ada di sampingnya itu membantunya terlihat cantik. Bukan sebaliknya. Aku sendiri merasa heran mengapa seorang yang cantik bersanding dengan yang tidak cantik, bukannya memperjelas ketidakcantikannya itu ini malah membantu Irma terlihat lebih cantik. Bila dibandingkan dengan Irma yang sendirian lebih baik Irma yang sedang bersama Aisha.
“Aku ingin mangabadikan anakmu dalam lukisan-lukisanku. Bagaimana menurutmu? tanyaku pada suatu kesempatan. “Apa menurutmu Aisha cocok menjadi model lukisanmu? Usman balik bertanya. “Bukan hanya cocok, tapi sempurna, Aisha datang menghampiri kami. “Aisha, kau mau jadi model? tanya Usman kepada Aisha tanpa basa-basi. “Model apa? tanya Aisha tak mengerti. Berani taruhan, suaranya benar-benar menyejukkan telinga tak ubahnya suara desiran angin lembut yang mengelus tubuhmu saat kau istriahat di bawah bayang-bayang pohon setelah lelah berjalan jauh di bawah terik matahari yang menyengat tubuhmu. “Model lukisan, aku menjelaskan “Aku akan melukis alam perbukitan yang masih perawan ini dan aku akan sangat senang bila di dunia yang masih perawan ini aku melukis dirimu dia antara indahnya suasana perbukitan yang asri. Aisha tak segera menjawab, dia menatapku dan ayahnya bergantian. Bola matanya yang bulat dan jernih berkilat-kilat, melemparkan pesona seorang gadis yang tak terjamah oleh kotoran-kotoran tangan jahil di jalanan. Kemudian seulas senyum mengembang di bibirnya yang merah delima alami tanpa polesan. Bersamaan dengan itu pipinya merona kemerah-merahan. Dia benar-benar cantik. Terdengar jawabannya yang lembut, “Aisha mau, asal tidak dijual. “Tidak masalah, jawabku cepat, “Aku akan melukismu dan lukisan itu akan menjadi milik dunia, bukan milik orang serakah, misalnya kolektor yang membeli lukisan dari uang korupsi. Obrolan itu usai begitu saja dengan disetujuinya keinginanku melukis Aisha. Usman tak keberatan ketika aku meminta Aisha untuk lebih lama bersamaku di gubuk tempatku melukis. Setelah aku mempunyai model, aku lebih banyak melukis sosok Aisha dengan berbagai posenya yang dilatari oleh berbagai keindahan alam, dari mulai pepohonan hingga bebatuan yang terserak di sekeliling kami. Aisha senang sekali dirinya menjadi model lukisanku, dan dia tahu bahwa dirinya sangat sempurna. Bila dibandingkan dengan keindahan alam, dia adalah representasi dari keindahan alam itu. sepuluh lukisan sudah selesai dalam dua minggu dengan model utama Aisha. Aku sedang duduk santai ketika Aisha datang membawa seorang temannya, dia gadis kampung yang lain, aku belum tahu anak siapa gadis ini. “Kang Ulku, ini kenalkan teman dekat saya di kampung, Irma namanya, uajar Aisha setelah berada dekatku. Aku menyalami Irma sambil menyebut namaku dengan lengkap. “Kang, bisa enggak melukis kami berdua? Aisha memeluk pundak Irma yang tetap diam tak bersuara. Gadis ini sangat kontras bila dibandingkan dengan kecantikan Aisha, tetapi Aisha yang ada di sampingnya itu membantunya terlihat cantik. Bukan sebaliknya. Aku sendiri merasa heran mengapa seorang yang cantik bersanding dengan yang tidak cantik, bukannya memperjelas ketidakcantikannya itu ini malah membantu Irma terlihat lebih cantik. Bila dibandingkan dengan Irma yang sendirian lebih baik Irma yang sedang bersama Aisha.
“Ya, akang setuju, jawabku. “Kapan? tanya Aisha. “Sekarang juga boleh. Jawabku. Hari itu aku dengan kemapuanku yang paling baik, untuk menyenangkan Aisha dan temannya itu, aku melukis mereka di atas kanvas berukuran 130 x 85 centimeter. Tanpa latar, tapi langsung memberi warna pada kanvas sesuai dengan karakter kudua model yang ada di hadapanku. Pengerjaannya ternyata lebih sulit dari yang aku bayangkan, dua hari lukisan ini belum selesai juga. Akhirnya setelah satu minggu aku berhasil juga menyelesaikan satu lukisan ini. “Hasilnya Kang, kok begini?” Aisha berkomentar, “Saya malah tak mengerti dengan lukisan seperti ini. Saya pikir ini lukisan yang paling buruk yang pernah dibuat kang Ulkku selama ada di sini. Aku ingin menjelaskan, tetapi ada yang datang masuk ke gubugku, Usman bersama dua orang lelaki, yang satu aku kenal dia Samsul, sedangkan yang lainnya aku tidak tahu. Lelaki ini terlihat perlente dengan kaos santai yang sopan dan kaca mata minus bertengger di hidungnya. “Ul, bagaimana kabarmu sekarang? ujar samsul sambil menyalamiku, “Oh ya, kenalkan, ini Aram, Aram Aria dari Jakarta, katnya dia ingin bertemu dengamu. Aku menyalami Aram, dia tersenyum kepadaku, aku membalasnya dengan agak malas. “Menurut Usman, kau sudah menyelesaikan sepuluh lukisan dengan model Aisha dan dua belas dengan model jagat raya ini, apa benar? tanya Samsul. Aku hanya mengagguk dan melirikkan mata ke dinding gubuk yang penuh dengan dua puluh dua lukisan. Sedangkan yang satu lagi yang baru saja selesai dilukis masih menggantung di sandaran tempatku melukis. “Kau hebat, sangat produktif. Dalam satu bulan menghasilkan dua puluh dua lukisan. Dan itu apa? tanya samsul melihat lukisan yang masih menggantung di sandaran, “Kau merubah aliranmu? tanya Samsul, “Mengagumkan, kau dapat disejajarkan dengan pelukis Affandi, bahkan Picasso, Ul. Kau benar-benar jenius. Samsul terus berkomentar tentang lukisan-lukisanku, aku hanya diam demikian juga dengan Usman, sementara Aisha bergegas pulang mengambilkan minuman. Sedangkan Aram memandangi lukisanku satu persatu dengan teliti. “Kau punya niat memamerkannya? tiba-tiba sekali pertanyaan itu dilontarkan oleh Aram kepadaku. Aku diam, “Lukisanmu ini layak dilihat banyak orang, Aram menambahkan “Aku akan membantumu memamerkan lukisan ini di galeri yang terkenal di Jakarta. Samsul menatapku demikian juga dengan Usman yang tidak tahu apa-apa tetang dunia pameran. Aisha datang dengan membawa sepoci kopi dan tiga gelas bersama bakar singkong yang masih panas, setelah selesai menuangkan kopi ke gelas Aisha mempersilahkan. Kami mengambilnya satu orang satu, sementara Aisha kembali memperhatikan lukisannya bersama Irma yang menurutnya aneh dan tidak masuk akal. Dua tubuh yang menyatu dari dua karakter yang berbeda, tetapi serasi. Dia yang cantik dengan Irma yang tidak cantik bersatu, bersebelahan dalam bentuk yang unik dibayang-bayangi sinar kelabu yang temaram. Membuat suasana lukisan ini aneh dan menimbulkan kesan mengerikan tapi indah. Berbagai rasa menyelusup ke dalam kalbu Aisha selama ia memandang lukisan itu. “Aku akan membawa semua lukisan ini hari ini juga. Kalau kau setuju dan aku akan membawa serta dua model diantaranya, sedangkan model ketiga rasanya aku tak mungkin membawanya ke Jakarta. Aram menjelaskan perjanjian dalam pameran kepadaku. Tetapi aku masih ingat akan janjiku kepada Aisha untuk tidak menjual lukisan-lukisan ini kepada seseorang, keculai lukisan alam yang tanpa model Aisha. “Aisha, panggilku pada Aisha, “Bagaimana menurutmu, Aram ingin memamerkan lukisan-lukisan ini di Jakarta? Aisha diam, menatapku lekat-lekat, “Aku serahkan keputusannya, sepenuhnya ada padamu, Aisha. Jelasku. Aisha menyetujui lukisan-lukisanku dibawa ke Jakarta dan dia sendiri bersama Irma ikut bersamaku ke Jakarta, sementara Usman tetap di rumah menggarp ladangnya. Jakarta, pusat segala macam kesibukan, selain pusat peredaran uang, Jakarta juga pusat korupsi dan pusat kerusuhan. Pengunjuk rasa datang dari barbagai daerah mengungkapkan aspirasinya dengan cara ilegal, tak jarang melempar gedung-gedung sepanjang jalan uatama di jakarta, mengerikan, tetapi juga asyik diberitakan dan kita senang mendengarnya. Aku sebenarnya agak khawatir juga dengan keselamatan lukisan-lukisan ini juga kedua modelnya. Kami dibawa ke sebuah gedung yang tak kukenal oleh Aram, dia memperkenalkan aku dengan seseorang yang menjadi menejer gedung itu. Kami ada pembicaraan yang bermacam-macam tentang protokoler, akhirnya disepakati satu minggu pameran di gedung itu. Pameran tunggalku yang perdana dengan dua puluh tiga lukisan. Aku menatap Aisha dan Irma yang terlihat kikuk berada di keramaian kota. “Aisha dan Irma akan tinggal bersamaku, jawabku ketika Samsul menanyakan dimana kedua gadis itu akan tinggal. “Aku akan membawa mereka ke pesanggrahan seni milik Acun di jalan Gajah Mada. Kami berpisah untuk bertemu esok hari dalam pembukaan pameran tunggalku.
Esok
harinya, pagi-pagi sekali, Irma dan Aisha sudah duduk di ruang tamu. Ketika aku
terbangun dan melihat mereka, Aisha bertanya kepadaku, “Lukisan itu akan
dijual? Aku diam, bingung harus menjawab apa, tapi akhirnya aku berkata, “Semua
nasib lukisan itu ada di tanganmu Aisha. “Kalau begitu, mumpung pameran belum dibuka,
sebaiknya kita kesana. “Apa yang akan kita lakukan? tanyaku. “Ini penting,
Aisha menjelaskan “Harga lukisan itu. Ya, aku baru sadar bahwa lukisan itu
tidak diberikan tanda harga. Aku segera bergegas mandi dan memakai baju yang
agak rapi. Kami bertiga bergegas naik taksi menuju galeri tempat
lukisan-lukisanku akan dipamerkan. Masih sepi di luar gedung, jam baru saja
menunjukkan angka enam tepat, tapi jalan-jalan sudah sangat padat oleh kendaraan,
bau emisi sangat menyengat tenggorokan mengakibatkan batuk berkali-kali bagi
Irma dan Aisha. Aku menghubungi satpam dan kami dipersilahkan masuk. Aku
menerobos ke arena pameran, seluruh lukisanku sudah dipajang dengan sempurna
pada tempat-tempat yang sesuai dengan karakter lukisan itu, tetapi tidak ada
label harga di sana. Aku menemui Aram yang sedang duduk di balik meja kerjanya,
“Bagaimana dengan harganya? tanyaku agak terburu-buru pada Aram. “Bukankah lukisan ini hanya untuk dipamerkan? Aram balik bertanya. “Tidak, Aisha akan menjelaskannya. Aisha dengan agak malu-malu mulai berbicara dengan Aram, meski terbata-bata bahasa Indonesianya, tetapi ia memiliki ide yang cemerlang. “Bagus kalau begitu, kata Aram, “Harga pertama kita taruh masing-masing lukisan seratus juta rupiah. Kalau ada yang menawar lebih tinggi di akhir pameran, lukisan itu dilepas. “Seratus juta harga pertama, aku tak percaya dengan usul Aisha itu, “Siapa yang akan membelinya? tapi aku buru-buru berkata, “Tapi ini adalah keputusan Aisha yang memegang hak atas lukisan-lukisan itu. Pameran dibuka, lumayan hari pertama banyak juga pengunjungnya. Kebanyakan mereka adalah penikmat seni lukis, tapi tak memiliki uang untuk membelinya, apalagi melihat daftar harga pertama seratus juta, tak seorang pun bertanya tentang lukisan itu. demikian juga hari kedua dan ketiga. Baru pada hari keempat, ada seorang lelaki tua dengan wajah lusuh, memakai topi kain mendatangiku,
“Asyam Rasyid dari Malaysia, dia memperkenalkan diri. Aku menyebut amaku dan mempersilahkannya duduk di bangku bersama aku dan dua modelku. “Saya datang jauh-jauh dari negeri jiran, karena heran ada lukisan pemula yang mematok harga pertamanya seratus juta, angka yang laur biasa. Saya datang kesini ingin tahu sehebat apa lukisan itu, dia mengambil gelas kopinya dan menyeruput beberapa kali,
“Saya hampir tidak percaya dengan penglihatan sendiri. Anda memang pelukis yang berbakat. Saya menawarkan harga duaratus juta untuk masing-masing lukisan dan satu milyar untuk lukisan dua gadis ini. Aku diam tak percaya dengan angka yang disebutkannya itu. Aisha mencatat angka-angka itu dalam daftar penawar lukisan.
“Fantastis harga itu, tapi masih harus menunggu tiga hari lagi, jawabku.
“Tidak apa-apa, saya akan menunggu selama tiga hari ini. Oh, ya saya akan datang pada hari penutupannya. Setelah mengatakan hal itu Asyam Rasyid berpamit meninggalkan galeri. Hari kelima dan keenam adalah hari yang membuat aku semakin tidak mengerti dan semakin bingung serta tidak percaya. Pada hari kelima seorang kolektor dari Jerman menawarkan harga limaratus juta untuk setiap lukisan dan lima milyar untuk lukisan dua gadis. Hari keenam orang Amerika datang dengan harga masing-masing lukisan satu milyar dan dua gadis itu ditawar satu trilyun. Berita tentang harga lukisanku menjadi buah bibir masyarakat, bahkan di lingkungan Istana Negara, menurut kabar yang aku terima juga memperbincangkan harga lukisan-lukisan itu. Akhirnya pada hari ketujuh, hari penutupan pameran tunggal perdana lukisanku, seluruh peserta yang mendaftarkan diri sebagai penawar lukisan sudah hadir, notaris sudah didatangkan. Dalam daftar penawar ada sepuluh orang dan mereka semuanya sudah hadir. Para wartawan sibuk memotret lukisan-lukisanku untuk berita di halaman muka koran dan majalah, demikian pula dengan wartawan televisi. Asyam Rasyid sudah duduk di kursi yang sudah tersedia demikian juga dengan orang Jerman dan Amerika. Sementar ketujuh penawar yang lain masing-masing dari Indonesia empat orang dan dua orang dari Australia ditambah satu orang dari Italia. Samsul membacakan harga terakhir bagi lukisaku dalam daftar penawar tertinggi. Duabelas lukisan alam dihargai limabelas milyar, sepuluh lukisan bermodelkan Aisha dihargai masing-masing duapuluh milyar dan lukisan Aisha dan Irma dihargai satu trilyun setengah. Harga itu ditawarkan oleh seorang pengusaha Indonesia yang sudah kondang. Aisha menatapku, dan aku hanya diam. Menggelengkan kepala kepada Aisha. “Apakah ada yang akan menawar lebih tinggi dari orang ini? tanya Samsul kepada peserta lelang. Orang Australi mengacungkan tangan, menambah angka, dibalas oleh orang Indonesia, kemudian, Itali, Malaysia, Jerman, Amerika dan akhirnya Asyam Rasyid dari Malaysia memenangkan harga lelang dua puluh tiga lukisanku, dengan harga seluruh lukisan selain dua gadis dihargai masing-masing satu trilyun dan untuk dua gadis dihargai duapuluh trilyun. “Harga yang pantas untuk lukisan yang hebat, komentar Samsul setelah menutup acara lelang lukisan itu. Selanjutnya notaris membuatkan akta jual beli saat itu juga yang kemudian ditandatangani oleh para saksi dan juga aku setra pembeli. Sudah beres proses jual beli lukisan itu. kini giliran Aisha yang airmatanya mengalir sejak tadi, “Saya minta waktu, ujarnya. “Hari ini saya sebagai model sepuluh lukisan Ulku Malak. Dan Irma bersama saya menjadi model lukisan yang paling mahal di arena pameran ini ingin menyampaikan sesuatu untuk negara. Para hadirin diam hening mendengarkan suara lembut Aisha yang tidak terbata-bata lagi bahasa Indonsianya, belajar bahasa selama satu minggu di Jakarta besar sekali pengaruhnya. “Saya sebagai pemegang keputusan atas uang sebanyak ini, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam akta hak-milik, saya ingin membebaskan negeri kita ini dari utang luar negeri dan kita akan membangun negara ini dari hasil menjual lukisan ini yaitu sejumlah uang sebesar empatpuluh dua trilyun, tigapuluh diantaranya untuk membantu negara membebaskan diri dari dari krisis ekonomi yang tak berkesudahan ini. Sedangkan sisanya untuk membiayai pendidikan anak-anak papa yang tersia-siakan. Kecuali satu milyar untuk mengembangkan kerativitas Ulku Malak, saya dan Irma serta kru pameran ini. Demikian harap dipahami. Pidato itu berakhir dengan suara tangis haru dari para hadirin.
=====
Ulku Malak Nama Pena dari Surgana Tinggal di Yogyakarta
18.30
Cerpen Doowee
January 3, 7:30 sore
Tangan
kanan itu masih terus saja disibukkan dengan kuas dan sebentang kanvas
dihadapannya, padahal adzan maghrib sudah berlalu sejak lima belas menit yang
lalu, namun gadis berwajah mungil dengan rambutnya yang dikuncir kuda itu belum
juga beranjak dari depan lukisannya yang hampir 3 hari ini dibuatnya.
"Rhea….", panggil suara dari luar kamar – yang bercat biru langit itu -membuyarkan konsentrasinya.
"Ya bu ……", jawab singkatnya sambil terus memandangi lukisan di depannya.
"Ah ….kamu emang ganteng", lamunnya sejenak tanpa menyadari bahwa pintu kamarnya sudah lebih dulu diketuk oleh wanita yang dipanggilnya ibu tadi.
"Rhe, udah maghrib, gak sholat ??" tanya ibunya. "Sebentar bu…!, masih beresin peralatan nih", kali ini gadis itu tidak lagi berkata dengan nada biasa-biasa saja, tapi setengah berteriak, namun ujung matanya masih juga sempat melirik lukisan setengah jadi dihadapannya, tangannya mulai meraih beberapa kuas yang tercecer di depannya dan menaruhnya di kaleng –tempat beberapa kuas dan peralatan lukis lainnya nya disimpan – yang ada di meja disamping kanannya. "Beres deh, besok aku coba selesaiin lukisan ini”, pikirnya. "eehmm ….loe sih punya wajah unik banget, jadi susah kan gue ngelukisnya" , gumamnya pelan. Gadis itu sudah keluar dari kamarnya ketika jarum jam yang ada di dinding ruang tamu rumahnya menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit.
"Rhea….", panggil suara dari luar kamar – yang bercat biru langit itu -membuyarkan konsentrasinya.
"Ya bu ……", jawab singkatnya sambil terus memandangi lukisan di depannya.
"Ah ….kamu emang ganteng", lamunnya sejenak tanpa menyadari bahwa pintu kamarnya sudah lebih dulu diketuk oleh wanita yang dipanggilnya ibu tadi.
"Rhe, udah maghrib, gak sholat ??" tanya ibunya. "Sebentar bu…!, masih beresin peralatan nih", kali ini gadis itu tidak lagi berkata dengan nada biasa-biasa saja, tapi setengah berteriak, namun ujung matanya masih juga sempat melirik lukisan setengah jadi dihadapannya, tangannya mulai meraih beberapa kuas yang tercecer di depannya dan menaruhnya di kaleng –tempat beberapa kuas dan peralatan lukis lainnya nya disimpan – yang ada di meja disamping kanannya. "Beres deh, besok aku coba selesaiin lukisan ini”, pikirnya. "eehmm ….loe sih punya wajah unik banget, jadi susah kan gue ngelukisnya" , gumamnya pelan. Gadis itu sudah keluar dari kamarnya ketika jarum jam yang ada di dinding ruang tamu rumahnya menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit.
January 4, 15.00 siang
‘ndra, Met Ultah yah…….ini ada kado kecil dari aku, Kalo
gak mirip boleh dilelang degh …*eit awas kalo berani*
Eeehhm……I luv ya…
~Rhea~
Kartu berwarna coklat tanah itu sudah ditutupnya dan di ambilnya amplop putih -seukuran kartu post- disebelahnya yang di depan nya sudah dibubuhi nama "Rindra Alfian", lalu diselipkan di dalam bungkusan berwarna coklat berukuran lima puluh kali lima puluh sentimeter yang ada di atas tempat tidurnya. "Besok kerumah Rindra", pikirnya sambil tersenyum kecil. "Damn…! Telat degh", serunya dalam hatinya, setelah Rhea melihat jam di tangannya yang nunjukkin pukul 5 sore, dia teringat akan janjinya ke seseorang di internet, yang katanya mau curhat tentang masalahnya, apalagi kalau bukan masalah cinta *pleh banget* Cepat-cepat gadis itu menghampiri komputernya dan dan mulai ngedial nomer salah satu Internet provider yang dia punya, dan untunglah sore itu salurannya nggak sibuk, jadi gadis itu bisa langsung connect tanpa dua-tiga kali ngedial. Lalu dibukanya salah satu Chatting program yang dia install di komputernya.
"Binggo,
dia online"!, serunya dalam hati mulailah gadis itu asyik dengan
kotak-kotak kecil dilayar komputernya, suara Billi Joe Amstrong masih
menghentak-hentak di CD playernya.
Angel : Hai Prince, sorry telat
Prince : Hai Angel, kok telat….
Angel : iya, baru selese ngebungkus kado, eehm
..prince, gue gak punya waktu banyak lho, sorry soalnya onlinenya dari rumah
nih. So, kalo mo curhat langsung ajah to the point. Gadis itu masih
senyum-senyum sendiri, dan bibirnyan gelantunin lirik lagu-lagunya Green Day
yang keluar dari cd playernya
Prince : okeeey deegh…
Angel : go on …I’m listening dude
Prince
: Angel, gue punya seorang sahabat cewek
yang baik banget ke gue, selama ini gue sebenernya cuma anggep dia sahabat gua
(gak lebih), gue takut banget kalo dia nganggep gue more than just friend,
menurut loe gue mesti gimana ?
Angel : Loe yakin ama perasaan loe yang cuma anggep
dia just a friend ??, jangan-jangan loe beneran suka ke dia …huehuehuhee “Dasar
cowok ….klise banget masalahnya”, batinya menggerutu
Prince : gak, gue beneran cuma anggep dia sahabat
gue.
Angel : yah, menurut gue sih, loe mesti kasih
pengertian ke sahabat loe itu, supaya dia gak lagi nganggep loe lebih dari
temen, tapi dengan catatan, loe juga mesti ngejaga sikap loe ke dia, jangan
berlebihan degh …
Prince : eeehm…such a good idea, kaya’nya gue mestin
yobain saran dari lo, Angel :), thanks anyway, lain kali gue pasti curhat ke
loe kalo ada masalah lagi
“hehehehe …kesannya full of problem banget nih bocah”, batinnya.
“hehehehe …kesannya full of problem banget nih bocah”, batinnya.
Angel : anytime Prince, with my pleasure
….hehhehhe…btw, dari kemaren ngobrol, kok kita blom kenalan yah ???
Prince : iya nih, gue Fian 24 taon, indonesia, eh fyi
besok gue ultah lho :)
Angel : yang bener, kok tanggal lahir loe sama sih
ama yayank gue, hihih..btw gue Rhe’, 23 taon, indonesia juga “such a weird
thing”, gadis itu membatin.
Prince : besok gue mo ngenalin tunangan gue yang selama ini gue sembunyiin dari sahabat cewek gue itu, mudahan dia mau ngerti
Prince : besok gue mo ngenalin tunangan gue yang selama ini gue sembunyiin dari sahabat cewek gue itu, mudahan dia mau ngerti
Angel : oh ya ?? bagus tuh …jadi sahabat loe itu
tau, kalo sebenernya dia cuma sahabat baik buat loe …gak lebih..
Prince : sip…pokoknya gue akan ngomong ke dia
Angel : Prince, kaya’nya gue mesti off nih, takut
kelamaan, bisa bangkrut gue nih bayar ISP :(
Prince : ok degh, gue juga mo off bentar lagi, doa’in
gue berhasil yah ..
Angel : pasti ..good luck dude :)
Prince : Thanks Angel…bye
Angel : bye
Disconnected
Ditutupnya
layar chatting di hadapannya pada saat jam dinding di kamarnya itu nunjukkin
pukul enam sore.
“………………. coz i don't know u anymore i don't recognize
this place the picture frame has change so has your name we dont talk much
anymore we keep running from the pain………..”
suara Savage Garden masih mengalun merdu di cd playernya, dan sore semakin sore.
suara Savage Garden masih mengalun merdu di cd playernya, dan sore semakin sore.
January 5, 5.30 Sore
Gadis
itu sudah sampai di depan sebuah rumah model kuno yang bercat putih dengan
pagar besi berwarna coklat dan dia juga masih memandangi sepasang remaja yang
asik ngobrol di beranda rumah itu -yang keliatan mesra banget- sehingga gak
sadar akan kehadiran mobil Rhea yang sudah hampir 15 menit parkir didepan pagar
rumah itu. Dengan ragu, dibukanya pagar berwarna coklat itu dan dilemparkan
senyumnya -yang keliatan sangat dipaksakan- ke arah dua remaja itu. Kedua
remaja itu juga melemparkan senyum ketika melihat gadis itu membuka pagar
coklat itu, dan salah satu dari remaja itu -yang laki-laki tentunya- melambaikan
tangan ke arah Rhea. “Tuhan, kuatkan aku”, batinnya “Hai, ndra”, sapanya masih
dengan senyum yang sangat dipaksakannya itu, -tangan kirinya menenteng
bungkusan berukuran lima puluh kali lima puluh yang dibungkus dengan kertas
kado berwarna coklat- “Met Ultah yah ‘ndra”, katanya sambil menyerahkan
bungkusan yang dipegangnya itu ke cowok di hadapannya. “Makasih Rhe, ngerepotin
loe aja nih”, sahut cowok itu sambil naruh bungkusan itu disamping tempat
duduknya. “Eh iya Rhe”, kenalin ini Rika, sambung cowok itu mengenalkan Rhea ke
gadis berwajah lembut dan berambut sebahu yang duduk disampingnya setelah
mempersilahkan Rhea duduk. “Rika”, ucap gadis di hadapannya, “kamu pasti Rhea,
Fian banyak banget cerita ke gue tentang loe”, sambungnya sambil menyambut
uluran tangan Rhea.
Plash
!!!!! Bagai petir di siang bolong, hati gadis itu tiba-tiba gak karuan
detaknya, darah di dalam tubuhnya seakan berdesir lebih kencang dari biasanya,
begitu mendengar gadis di hadapannya itu menyebut nama Fian. “Rhe….” ! Dan
gadis itupun tersadar dari keterkejutannya yang sesaat, dan ternyata Rindra
sudah berada kembali di antara mereka dengan sebuah gelas berisi minuman ringan
ditangannya. “Rhea”, ucap gadis itu lirih seakan-akan dia berkata pada dirinya
sendiri. Cepat-cepat ditariknya tangannya dari jabatan tangan Rika. “Rhe, ini
Rika, selama ini dia kuliah di Jakarta, sebenernya dah lama banget aku mau
kenalin tunangan gue ini ke loe, cuma Rika sendiri sibuk banget ama kuliahnya,
dan baru sekarang ini gue bisa ngebujuk dia buat datang ke Balikpapan,
itung-itung hadiah ultah buat gue”, papar Rindra panjang lebar. Dia nggak tau
ada badai tornado yang bergejolak di hati gadis itu “Wah, Rhe, sayang loe gak
bawa cowok loe, kan kita, rencananya mau makan di luar nih, buat ngerayain
Ultah Fian”, ucap gadis berwajah lembut itu. “Rhea punya cowok ????”, bisa ujan
tujuh hari tujuh malem degh kalo dia punya cowok”, timpal Rindra. “Dia kan
tomboy abis, sampai-sampai mikirin punya cowok ajah dia gak sempet”, sambung
Rindra lagi. Gadis itu hanya memaksakan senyumnya melihat dua remaja itu
mencandainya, dia seakan-akan terhempas ke sebuah dunia yang jauh sekali, dunia
yang gak dia kenal, dunia yang asing, dan canda mereka berdua dirasakannya
bukan lagi sekedar canda seorang sahabat.
Gadis itu merasa mereka berdua adalah lukisan sepasang topeng yang menjulurkan lidahnya , yang menggejeknya dengan kata-kata yang menyakitkan hatinya. Dia ingin berteriak, dia ingin menangis, dia ingin mengucapkan semua makian yang ada di dunia ini untuk mereka berdua, dan… “Gue balik dulu ‘ndra”, ucapnya tiba-tiba, sudah sore”, lanjut gadis itu lagi. “lho, buru-buru banget Rhe”, potong Rika. “diminum dulu tuh orange juice kesukaan loe”, sambung rindra. Gadis itu meraih gelas berisi cairan berwara orange dihadapanya, dan meneguknya isi gelas itu yang buatnya tidak lagi terasa orange juice sampai tandas. Gadis itu melangkah mulai melangkah, membiarkan kedua sepatunya mempermainkan kerikil-kerikil kecil yang dilaluinya, sepertinya kedua kakinya yang terbungkus sepatu kets abu-abu itu tidak lagi menyentuh tanah.
18.30
sore Jalan jendral sudirman seakan jauh sekali dilaluinya sore itu sepulang
dari rumah Rindra, dia hanya diam dan hanya suara tape mobil dengan volume sedang
yang terdengar menemaninya. “jadi dia yang mau loe kenalin ke “sahabat baik”
loe itu Fian ???”, batinnya “jadi Fian itu sebenernya loe ‘Ndra ??? “Ironis” “gue
menggali lubang buat kuburan gue sendiri” Pikirannya semakin gak karuan. “jadi
selama ini loe cuma anggep gue sahabat baik ??? “cuma sahabat baik?? tangan
gadis itu menuju salah satu tombol di tape mobil yang ada di depannya,
menggerakkan tombol yang bertuliskan volume itu sampai indikator suaranya
mencapai setengah lingkaran. Dan mobil itu sudah mirip diskotik berjalan dengan
seorang pengemudi yang kedua matanya telah basah oleh air mata. Sore itu
starlet hitam milik Rhea masih melaju dijalan jendral sudirman dan hanya suara
serak James Hetfield dengan struggle within yang mengisi rentang waktu.
“…………Home is not a home, it becomees hell Turning it into
your prison cell Advantages are taken, not handed out. While you struggle
inside your hell
Reaching out The pressure upon you is so unreal Struggle within, it suits you fine Struggle within,…. Struggle….
Reaching out The pressure upon you is so unreal Struggle within, it suits you fine Struggle within,…. Struggle….
18.30
sore. Dan langit sore itu semakin hitam.
Originally
by Doowee 2001
Langganan:
Postingan (Atom)