18.30


Cerpen Doowee
 
January 3, 7:30 sore
Tangan kanan itu masih terus saja disibukkan dengan kuas dan sebentang kanvas dihadapannya, padahal adzan maghrib sudah berlalu sejak lima belas menit yang lalu, namun gadis berwajah mungil dengan rambutnya yang dikuncir kuda itu belum juga beranjak dari depan lukisannya yang hampir 3 hari ini dibuatnya.
"Rhea….", panggil suara dari luar kamar – yang bercat biru langit itu -membuyarkan konsentrasinya.
"Ya bu ……", jawab singkatnya sambil terus memandangi lukisan di depannya.
"Ah ….kamu emang ganteng", lamunnya sejenak tanpa menyadari bahwa pintu kamarnya sudah lebih dulu diketuk oleh wanita yang dipanggilnya ibu tadi.
"Rhe, udah maghrib, gak sholat ??" tanya ibunya. "Sebentar bu…!, masih beresin peralatan nih", kali ini gadis itu tidak lagi berkata dengan nada biasa-biasa saja, tapi setengah berteriak, namun ujung matanya masih juga sempat melirik lukisan setengah jadi dihadapannya, tangannya mulai meraih beberapa kuas yang tercecer di depannya dan menaruhnya di kaleng –tempat beberapa kuas dan peralatan lukis lainnya nya disimpan – yang ada di meja disamping kanannya. "Beres deh, besok aku coba selesaiin lukisan ini”, pikirnya. "eehmm ….loe sih punya wajah unik banget, jadi susah kan gue ngelukisnya" , gumamnya pelan. Gadis itu sudah keluar dari kamarnya ketika jarum jam yang ada di dinding ruang tamu rumahnya menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. 

January 4, 15.00 siang
‘ndra, Met Ultah yah…….ini ada kado kecil dari aku, Kalo gak mirip boleh dilelang degh …*eit awas kalo berani*
Eeehhm……I luv ya…
~Rhea~

Kartu berwarna coklat tanah itu sudah ditutupnya dan di ambilnya amplop putih -seukuran kartu post- disebelahnya yang di depan nya sudah dibubuhi nama "Rindra Alfian", lalu diselipkan di dalam bungkusan berwarna coklat berukuran lima puluh kali lima puluh sentimeter yang ada di atas tempat tidurnya. "Besok kerumah Rindra", pikirnya sambil tersenyum kecil. "Damn…! Telat degh", serunya dalam hatinya, setelah Rhea melihat jam di tangannya yang nunjukkin pukul 5 sore, dia teringat akan janjinya ke seseorang di internet, yang katanya mau curhat tentang masalahnya, apalagi kalau bukan masalah cinta *pleh banget* Cepat-cepat gadis itu menghampiri komputernya dan dan mulai ngedial nomer salah satu Internet provider yang dia punya, dan untunglah sore itu salurannya nggak sibuk, jadi gadis itu bisa langsung connect tanpa dua-tiga kali ngedial. Lalu dibukanya salah satu Chatting program yang dia install di komputernya.
"Binggo, dia online"!, serunya dalam hati mulailah gadis itu asyik dengan kotak-kotak kecil dilayar komputernya, suara Billi Joe Amstrong masih menghentak-hentak di CD playernya.
Angel   : Hai Prince, sorry telat
Prince  : Hai Angel, kok telat….
Angel   : iya, baru selese ngebungkus kado, eehm ..prince, gue gak punya waktu banyak lho, sorry soalnya onlinenya dari rumah nih. So, kalo mo curhat langsung ajah to the point. Gadis itu masih senyum-senyum sendiri, dan bibirnyan gelantunin lirik lagu-lagunya Green Day yang keluar dari cd playernya
Prince  : okeeey deegh…
Angel   : go on …I’m listening dude
Prince : Angel, gue punya seorang sahabat cewek yang baik banget ke gue, selama ini gue sebenernya cuma anggep dia sahabat gua (gak lebih), gue takut banget kalo dia nganggep gue more than just friend, menurut loe gue mesti gimana ?
Angel   : Loe yakin ama perasaan loe yang cuma anggep dia just a friend ??, jangan-jangan loe beneran suka ke dia …huehuehuhee “Dasar cowok ….klise banget masalahnya”, batinya menggerutu
Prince  : gak, gue beneran cuma anggep dia sahabat gue.
Angel   : yah, menurut gue sih, loe mesti kasih pengertian ke sahabat loe itu, supaya dia gak lagi nganggep loe lebih dari temen, tapi dengan catatan, loe juga mesti ngejaga sikap loe ke dia, jangan berlebihan degh …
Prince  : eeehm…such a good idea, kaya’nya gue mestin yobain saran dari lo, Angel :), thanks anyway, lain kali gue pasti curhat ke loe kalo ada masalah lagi
“hehehehe …kesannya full of problem banget nih bocah”, batinnya.
Angel   : anytime Prince, with my pleasure ….hehhehhe…btw, dari kemaren ngobrol, kok kita blom kenalan yah ???
Prince  : iya nih, gue Fian 24 taon, indonesia, eh fyi besok gue ultah lho :)
Angel   : yang bener, kok tanggal lahir loe sama sih ama yayank gue, hihih..btw gue Rhe’, 23 taon, indonesia juga “such a weird thing”, gadis itu membatin.
Prince : besok gue mo ngenalin tunangan gue yang selama ini gue sembunyiin dari sahabat cewek gue itu, mudahan dia mau ngerti
Angel   : oh ya ?? bagus tuh …jadi sahabat loe itu tau, kalo sebenernya dia cuma sahabat baik buat loe …gak lebih..
Prince  : sip…pokoknya gue akan ngomong ke dia
Angel   : Prince, kaya’nya gue mesti off nih, takut kelamaan, bisa bangkrut gue nih bayar ISP :(
Prince  : ok degh, gue juga mo off bentar lagi, doa’in gue berhasil yah ..
Angel   : pasti ..good luck dude :)
Prince  : Thanks Angel…bye
Angel   : bye
Disconnected
Ditutupnya layar chatting di hadapannya pada saat jam dinding di kamarnya itu nunjukkin pukul enam sore.
“………………. coz i don't know u anymore i don't recognize this place the picture frame has change so has your name we dont talk much anymore we keep running from the pain………..”
suara Savage Garden masih mengalun merdu di cd playernya, dan sore semakin sore. 

January 5, 5.30 Sore
Gadis itu sudah sampai di depan sebuah rumah model kuno yang bercat putih dengan pagar besi berwarna coklat dan dia juga masih memandangi sepasang remaja yang asik ngobrol di beranda rumah itu -yang keliatan mesra banget- sehingga gak sadar akan kehadiran mobil Rhea yang sudah hampir 15 menit parkir didepan pagar rumah itu. Dengan ragu, dibukanya pagar berwarna coklat itu dan dilemparkan senyumnya -yang keliatan sangat dipaksakan- ke arah dua remaja itu. Kedua remaja itu juga melemparkan senyum ketika melihat gadis itu membuka pagar coklat itu, dan salah satu dari remaja itu -yang laki-laki tentunya- melambaikan tangan ke arah Rhea. “Tuhan, kuatkan aku”, batinnya “Hai, ndra”, sapanya masih dengan senyum yang sangat dipaksakannya itu, -tangan kirinya menenteng bungkusan berukuran lima puluh kali lima puluh yang dibungkus dengan kertas kado berwarna coklat- “Met Ultah yah ‘ndra”, katanya sambil menyerahkan bungkusan yang dipegangnya itu ke cowok di hadapannya. “Makasih Rhe, ngerepotin loe aja nih”, sahut cowok itu sambil naruh bungkusan itu disamping tempat duduknya. “Eh iya Rhe”, kenalin ini Rika, sambung cowok itu mengenalkan Rhea ke gadis berwajah lembut dan berambut sebahu yang duduk disampingnya setelah mempersilahkan Rhea duduk. “Rika”, ucap gadis di hadapannya, “kamu pasti Rhea, Fian banyak banget cerita ke gue tentang loe”, sambungnya sambil menyambut uluran tangan Rhea.

Plash !!!!! Bagai petir di siang bolong, hati gadis itu tiba-tiba gak karuan detaknya, darah di dalam tubuhnya seakan berdesir lebih kencang dari biasanya, begitu mendengar gadis di hadapannya itu menyebut nama Fian. “Rhe….” ! Dan gadis itupun tersadar dari keterkejutannya yang sesaat, dan ternyata Rindra sudah berada kembali di antara mereka dengan sebuah gelas berisi minuman ringan ditangannya. “Rhea”, ucap gadis itu lirih seakan-akan dia berkata pada dirinya sendiri. Cepat-cepat ditariknya tangannya dari jabatan tangan Rika. “Rhe, ini Rika, selama ini dia kuliah di Jakarta, sebenernya dah lama banget aku mau kenalin tunangan gue ini ke loe, cuma Rika sendiri sibuk banget ama kuliahnya, dan baru sekarang ini gue bisa ngebujuk dia buat datang ke Balikpapan, itung-itung hadiah ultah buat gue”, papar Rindra panjang lebar. Dia nggak tau ada badai tornado yang bergejolak di hati gadis itu “Wah, Rhe, sayang loe gak bawa cowok loe, kan kita, rencananya mau makan di luar nih, buat ngerayain Ultah Fian”, ucap gadis berwajah lembut itu. “Rhea punya cowok ????”, bisa ujan tujuh hari tujuh malem degh kalo dia punya cowok”, timpal Rindra. “Dia kan tomboy abis, sampai-sampai mikirin punya cowok ajah dia gak sempet”, sambung Rindra lagi. Gadis itu hanya memaksakan senyumnya melihat dua remaja itu mencandainya, dia seakan-akan terhempas ke sebuah dunia yang jauh sekali, dunia yang gak dia kenal, dunia yang asing, dan canda mereka berdua dirasakannya bukan lagi sekedar canda seorang sahabat.

Gadis itu merasa mereka berdua adalah lukisan sepasang topeng yang menjulurkan lidahnya , yang menggejeknya dengan kata-kata yang menyakitkan hatinya. Dia ingin berteriak, dia ingin menangis, dia ingin mengucapkan semua makian yang ada di dunia ini untuk mereka berdua, dan… “Gue balik dulu ‘ndra”, ucapnya tiba-tiba, sudah sore”, lanjut gadis itu lagi. “lho, buru-buru banget Rhe”, potong Rika. “diminum dulu tuh orange juice kesukaan loe”, sambung rindra. Gadis itu meraih gelas berisi cairan berwara orange dihadapanya, dan meneguknya isi gelas itu yang buatnya tidak lagi terasa orange juice sampai tandas. Gadis itu melangkah mulai melangkah, membiarkan kedua sepatunya mempermainkan kerikil-kerikil kecil yang dilaluinya, sepertinya kedua kakinya yang terbungkus sepatu kets abu-abu itu tidak lagi menyentuh tanah. 

18.30 sore Jalan jendral sudirman seakan jauh sekali dilaluinya sore itu sepulang dari rumah Rindra, dia hanya diam dan hanya suara tape mobil dengan volume sedang yang terdengar menemaninya. “jadi dia yang mau loe kenalin ke “sahabat baik” loe itu Fian ???”, batinnya “jadi Fian itu sebenernya loe ‘Ndra ??? “Ironis” “gue menggali lubang buat kuburan gue sendiri” Pikirannya semakin gak karuan. “jadi selama ini loe cuma anggep gue sahabat baik ??? “cuma sahabat baik?? tangan gadis itu menuju salah satu tombol di tape mobil yang ada di depannya, menggerakkan tombol yang bertuliskan volume itu sampai indikator suaranya mencapai setengah lingkaran. Dan mobil itu sudah mirip diskotik berjalan dengan seorang pengemudi yang kedua matanya telah basah oleh air mata. Sore itu starlet hitam milik Rhea masih melaju dijalan jendral sudirman dan hanya suara serak James Hetfield dengan struggle within yang mengisi rentang waktu.

“…………Home is not a home, it becomees hell Turning it into your prison cell Advantages are taken, not handed out. While you struggle inside your hell
Reaching out The pressure upon you is so unreal Struggle within, it suits you fine  Struggle within,…. Struggle….

18.30 sore. Dan langit sore itu semakin hitam. 

Originally by Doowee 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar