Siang
kini berubah jadi malam ,, malam pun akan tetap jadi malam .. embun pagi tak
lagi menetes setelah hujan tak lagi turun, angin pun tak lagi terasa berhembus
bersahabat, sejak tornado menghantam dan meluluh lantakan segalanya yang ada.
Tak banyak yang lagi tersirat dari wajah ayunya
yang selalu memancarkan sinar kilau yang menyejukkan, tak lagi ada yang keluar
dari bibirnya selain tatapan matanya yang terlihat selalu kosong, entah apa
yang ada di fikiran nya, entah apa yang ada di lamunan nya juga entah siapa
yang ada di hatinya, hingga ia selalu menangis tersedu.
Aku memang tak terlalu mengerti jalan hidup yang
dia lalui, seberapa sulit dia tersenyum, dan seberapa banyak ia terluka. Aku
tak tahu seberapa besar penyesalan dalam hatinya. Hanya saja aku tahu bahwa ia
tak sepenuhnya merelakan dia yang harus di relakan. Di tinggal pergi seseorang
yang kita cintai secara tiba tiba itu bukan hal yang mudah.
Sebut saja namanya Rere, mahasisiwi fakultas
Ilmu Tekhnologi itu harus berhenti di tengah perjalanan hidupnya karena 1 hal
yang mungkin terdengar bodoh tapi nyata. Mahasisiwi dengan kulit putih dengan
tinggi semampai itu akhirnya menyerah setelah ia jatuh dan tak mampu bangkit
dari keterpurukanya. Wanita yang sempat di eluh eluhkan oleh banyak pria karena
kecantikan nya dan kebaikan nya itu pada akhirnya tak bisa lagi melanjutkan pendidikan
nya setelah ia di tinggal pergi oleh sang kekasih tercinta yang sudah hampir 5
tahun bersamanya, menjalani suka duka dan melalui hari yang yang bahagia
bersamanya .
Pernikahan yang sempat terencana pun hancur
berkeping keeping dan hanya menyisakan pilu yang tak bisa hilang bahkan sampai
ia mati, sebuah pernikahan dengan konsep yang matang dan persembahan yang
lengkap kini terhenti dan tak kembali, tak ada yang bisa mengulang hari itu,
bila di beri 1 kesempatan untuknya, ia hanya ingin memutar kembali waktu yang
telah lewat, waktu yang berharga namun terlewatkan tanpa sebuah kesadaran bahwa
hidup takan selamanya berjalan sesuai keinginan.
Hari itu ,,, genap 1 tahun sudah proses lamaran
berlangsung, entah percaya atau tidak, kata orang dulu bila pernikahan lewat
dari dalam jangka waktu 1 tahun setelah proses lamaran maka segalanya tak kan
pernah terjadi sesuai yang kita inginkan, atau bisa di bilang gagal. Hari itu
dewa ( kekasihnya ) sempat meminta pernikahan itu terlaksana lebih cepat dari
tanggal yang sudah di tetapkan namun rere menolak dan hanya bisa berlalu sambil
menekuk wajahnya yang terlihat kesal. Saat itu, rere memang terlihat kurang
stabil, sifat kekanak kanakannya datang lagi namun dewa hanya bisa sabar dan
sabar menghadapi rere yang selalu menolak membicarakan tentang pernikahan
mereka. Namun jelang hari ke 7 sebelum pernikahan , sesuatu terjadi dan menjadi
akhir dari rencana indah mereka.
Hari itu,, langit terlihat mendung dan berawan,
tak ada firasat apapun yang dirasakan oleh rere ataupun keluarga, hanya saja
pagi sebelum kepergianya yang tak kembali , ia hanya meminta untuk
mempertimbangkan kembali keputusan yang rere ambil untuk masa depan mereka,
seperti biasa rere tak cukup peka akan perasaan yang dimiliki dewa, hingga pada
akhirnya siang itu tepat pukul 14.14 ,, handphone nya berbunyi kencang, tak ada
yang membuiat hatinya curiga, dengan santainya di angkat telfon itu dan
mendapat kabar duka dari pihak rumah sakit yang menangani dewa.
Hujan pun tiba tiba turun dengan derasnya mengisyaratkan
bahwa alam turut bersedih akan kepergian penghuni nya . sejak hari itu, rere
tak lagi bisa berdiri tegak selayaknya hari hari biasanya. Rere telah
kehilangan sayap indahnya, dia telah kehilangan separuh jiwanya. Rere tak lagi
seindah dulu , kini semua takan bisa terulang, waktu pun tak bisa di putarnya
walau dia menangis meminta. Segalanya yang berlalu akan tetap berlalu, dia
masih seperti itu, dengan lamunan dan tatapan matanya yang kosong dan sedih,
menyendiri dan terus menyendiri, sambil sesekali dadanya terlihat sesak, entah
sampai kapan dia seperti itu, entah 1 tahun 2 tahun atau mungkin selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar